Dua Siswi SMP di Lubuklinggau Ketakutan Setelah Dimarahi Kepsek dan Guru Saat Melapor ke Orang Tua Soal Tas dan Buku Basah

Uncategorized4126 Views

Lubuklinggau | BL — Dunia pendidikan di Kota Lubuklinggau kembali menjadi perhatian publik. Dua siswi SMP Negeri 1 Lubuklinggau dikabarkan mengalami ketakutan setelah dimarahi kepala sekolah dan seorang guru, usai melaporkan kejadian tas dan buku mereka yang basah disiram air di dalam kelas kepada orang tuanya.

 

WS, orang tua dari salah satu siswi, menceritakan kronologi kejadian tersebut. “Sekitar pukul 12.00 WIB, saya menerima telepon dari nomor baru. Ternyata itu anak saya, ia langsung bercerita kalau tas dan bukunya basah semua dan tidak bisa digunakan lagi,” ujarnya.

 

Anaknya kemudian meminta WS untuk datang ke sekolah dan mendampinginya melaporkan kejadian tersebut. “Tak lama, saya bersama istri dan wali murid lainnya tiba di sekolah. Kami diarahkan ke ruang perpustakaan, lalu ke guru BK untuk menyampaikan laporan,” jelas WS.

Namun, suasana menjadi tegang saat mereka tengah berbicara dengan guru BK. Tiba-tiba plt. kepala sekolah bersama seorang guru lain masuk ke ruangan tanpa memberi salam dan langsung memarahi kedua siswi. “Kepala sekolah bertanya dengan nada tinggi, kenapa melapor ke orang tua, dan dari mana orang tua tahu kejadian ini,” tambah WS.

 

Anak WS bersama temannya menjelaskan bahwa mereka meminjam ponsel pegawai Indomaret untuk menghubungi orang tua. Namun kepala sekolah justru menanggapi dengan nada mengancam, “Nanti kami panggil pegawai Indomaretnya, benar atau tidak kalian meminjam HP di sana.”

 

Melihat anaknya ketakutan, WS merasa kecewa dan menegaskan bahwa ia datang dengan itikad baik. “Kami datang hanya untuk mencari tahu siapa yang menyiram tas anak kami. Tapi yang terjadi, justru anak kami dimarahi di depan kami sendiri. Seharusnya kepala sekolah mendengarkan dulu penjelasan dengan tenang, bukan langsung marah seperti itu. Anak kami ini korban,” tegasnya.

 

Menurut WS, laporan yang mereka buat murni tentang tas dan buku yang basah, bukan soal penggunaan handphone di sekolah. “Anak saya bahkan tidak membawa HP ke sekolah. Jadi tidak ada alasan untuk mempermasalahkan hal itu,” jelasnya.

 

Sebagai orang tua, WS meminta Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau untuk turun tangan menindaklanjuti insiden tersebut. “Kami harap Dinas Pendidikan dapat memberikan pembinaan. Kepala sekolah dan guru harusnya menjadi teladan, bukan memperlihatkan sikap emosional di hadapan siswa. Dunia pendidikan semestinya menjadi tempat yang aman dan mendidik, bukan menakutkan bagi anak-anak,” tutupnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *